Keberlanjutan Jakarta: Pramono-Rano Dan Anies

Sherly

You need 3 min read

·

Post on Nov 22, 2024

45 visitor like this post

Share

Keberlanjutan Jakarta: Melihat Kebijakan Pramono-Rano dan Anies

Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam mencapai keberlanjutan. Pertumbuhan penduduk yang pesat, urbanisasi yang tak terkendali, dan masalah lingkungan yang kompleks membutuhkan kepemimpinan yang visioner dan kebijakan yang efektif. Artikel ini akan membandingkan pendekatan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, pasangan Pramono Anung dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) – yang sering disebut sebagai pemerintahan Pramono-Rano – dengan kepemimpinan Anies Baswedan, dalam konteks upaya mencapai keberlanjutan kota.

Infrastruktur dan Tata Ruang: Perbandingan Dua Era

Pemerintahan Pramono-Rano (2014-2017): Masa kepemimpinan ini melanjutkan beberapa proyek infrastruktur yang telah dimulai sebelumnya, dengan fokus pada transportasi publik. Program pembangunan MRT Jakarta dan beberapa jalur TransJakarta merupakan warisan penting. Namun, kritik muncul terkait pengelolaan ruang publik dan tata ruang kota yang masih belum optimal, dengan pembangunan yang terkadang kurang memperhatikan aspek lingkungan dan partisipasi masyarakat. Program normalisasi sungai juga menjadi sorotan, meskipun keberhasilannya masih diperdebatkan.

Kepemimpinan Anies Baswedan (2017-2022): Anies menekankan pada pembangunan infrastruktur berbasis livable city, dengan program pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) dan revitalisasi sejumlah kawasan. Proyek Jakarta International Stadium (JIS) menjadi salah satu ikon pemerintahannya. Namun, kritik juga muncul terkait beberapa proyek infrastruktur yang dinilai kurang efektif dan berdampak pada kemacetan lalu lintas. Terdapat juga perdebatan mengenai keberlanjutan beberapa proyeknya dari segi lingkungan dan ekonomi.

Lingkungan dan Pengelolaan Sampah: Tantangan yang Berkelanjutan

Pemerintahan Pramono-Rano: Upaya pengelolaan sampah masih menjadi tantangan besar. Meskipun program pengurangan sampah dan daur ulang sudah ada, implementasinya belum sepenuhnya optimal. Program normalisasi sungai, meskipun kontroversial, bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mengurangi banjir.

Kepemimpinan Anies Baswedan: Anies mencanangkan program Jakarta Bersih, Jakarta Sehat, dengan fokus pada pengurangan sampah dan peningkatan kualitas udara. Program oksigenisasi sungai dan penanaman pohon juga menjadi fokus utamanya. Namun, masalah sampah dan polusi udara di Jakarta tetap menjadi isu yang kompleks dan membutuhkan solusi jangka panjang yang lebih komprehensif.

Transportasi Publik dan Kemacetan: Mencari Solusi yang Efektif

Pemerintahan Pramono-Rano: Pembangunan MRT dan pengembangan TransJakarta merupakan langkah signifikan dalam meningkatkan sistem transportasi publik. Namun, kemacetan lalu lintas masih menjadi masalah utama di Jakarta.

Kepemimpinan Anies Baswedan: Anies melanjutkan pengembangan TransJakarta dan integrasi moda transportasi. Namun, kemacetan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan secara optimal. Kritik muncul terkait kebijakan ganjil-genap dan integrasi transportasi yang belum sepenuhnya efektif.

Kesimpulan: Menuju Jakarta yang Berkelanjutan

Baik pemerintahan Pramono-Rano maupun Anies Baswedan telah berupaya untuk mewujudkan Jakarta yang berkelanjutan. Namun, tantangan yang dihadapi sangat kompleks dan membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Keberhasilan pembangunan berkelanjutan di Jakarta memerlukan:

• Perencanaan tata ruang yang komprehensif: Melibatkan partisipasi masyarakat dan memperhatikan aspek lingkungan.
• Peningkatan sistem transportasi publik: Integrasi moda transportasi yang efektif dan efisien.
• Pengelolaan sampah yang efektif: Dengan program pengurangan, daur ulang, dan pemrosesan sampah yang modern.
• Penanganan masalah polusi udara: Dengan upaya pengendalian emisi dan peningkatan kualitas udara.
• Pemanfaatan teknologi: Dalam memantau lingkungan dan meningkatkan efisiensi pengelolaan kota.

Keberlanjutan Jakarta bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Partisipasi aktif warga dalam menjaga lingkungan dan mendukung kebijakan pemerintah sangat krusial untuk mencapai tujuan tersebut. Pembelajaran dari kedua era kepemimpinan ini harus menjadi modal berharga untuk membangun Jakarta yang lebih baik dan berkelanjutan di masa depan.